Header Ads

Ngos-ngosan Manjat Gunung Damota di Ethiopia


Mau manjat gunung saja musti ke Ethiopia? ya iyalah, secara saya kan petualang sejati - sejam aja abitu berenti. Tapi emang manjat gunung di Afrika itu beda sama manjat gunung di kampung (Aceh maksudnya) secara tantangannya lebih berat. Pertama karena kita ini adalah warga pinggir laut yang terbiasa dengan O2 yang kaya, dan gunung-gunung di sekitaran juga enggak tinggi-tinggi amat, setidaknya walau sampai ke puncak, saturasi oksigennya masih cukup lah untuk diserap alveolus paru. Beda ceritanya dengan gunung-gunung di Afrika, jangankan gunung, kampung atau kota disana saja aja yang letaknya 2000 meter lebih diatas permukaan laut, jadi bisa dibyangkan betapa tipisnya kadar oksigen dalam udara.


Nah, tahun lalu saya hampir pingsan saat manjat gunung yang sebenarnya tidak tinggi-tinggi amat, tapi kadar oksigennya sangat tipis untuk saya yang orang pinggir laut. Jadinya pas udah mau sampai ke puncak, saya langsung jatuh, enggak bisa bernafas. Untung kawan-kawan lain mau nunggu, dan ada kawan orang Uganda dan Nigeria yang mau memapah saya hingga ke puncak. Saat itu saya enggak bisa mundur karena rencananya memang kita turun dari arah sebaliknya. Jadi terpaksa naik ke puncak, foto-foto sebantar dan turun lagi pakai jalan yang lain.

Walau mau pingsan, bisa mencapai puncak itu rasanya gimana gitu dengan pemandangannya, indah banget pokoknya. Ini kira2 penampakannya.





Nah, kemarin waktu ke Wolaita Sodo- Ethiopia yang juga kaya dengan gunung menjulang tinggi, kesempatan untuk hiking tidak boleh disia-siakan. Konon lagi gunung yang mau di panjat tingginya sampe 2500 mdpl. Walau sempat cemas bakal kekurangan oksigen, alhamdulillah akhirnya lancar-lancar saja.



Berangkat pagi dari penginapan diatar bus dan enggak perlu beli tiket bus karena bus nya gratis dari panitia.. Setelah melewati kampung penduduk dan tiba di kaki gunung kami pun di drop disana. Kata kawan yang asli sana biasanya cuma dua jam untuk sampai ke puncak. Dan setelah kami daki, baru setelah 5 jam bisa sampai kesana, dengan istirahat sebentar-bentar tentunya. Pas turunnya baru pas dua jam. Dari sini sadar kalau kecepatan naik kami sangat lambat, dan kecepatan turun sama dengan kecepatan naik penduduk lokal. Hom lah.

Kali ini enggak mau bagi foto, tapi langsung video. Silakan dilihat wajah saya yang jarang-jarang narsis, cuma kali ini karena bawa tongsis, mau coba-coba kaya anak abegeh gitu. Selamat nonton.


Udah, gitu saja

No comments

Powered by Blogger.