Sehari Menjelajahi Kota Maastricht: Keindahan, Sejarah, dan Kejutan Tak Terduga
Menjejakkan kaki di Maastricht seperti memasuki dunia yang penuh dengan sejarah, budaya, dan pesona khas Eropa. Kota ini, yang terletak di selatan Belanda, memiliki daya tarik tersendiri yang membuatnya berbeda dari kota-kota lain di negeri kincir angin. Dalam sehari, saya mencoba menyerap sebanyak mungkin keindahan dan pengalaman yang ditawarkan kota ini—dari alun-alun bersejarah Vrijthof hingga benteng tua di atas bukit St. Pieter.
Pagi: Memulai Petualangan di Vrijthof, Jantung Kota Maastricht
Perjalanan saya dimulai dari Vrijthof, salah satu alun-alun terbesar dan paling terkenal di Maastricht. Vrijthof bukan hanya sekadar lapangan besar yang dipenuhi restoran dan kafe, tetapi juga titik pusat sejarah kota ini. Di sekelilingnya berdiri beberapa bangunan ikonik, seperti Sint Servaasbasiliek dan Sint Janskerk, dua gereja yang berdiri megah di sisi barat alun-alun.
Saya memutuskan untuk menikmati sarapan di salah satu kafe klasik yang berjejer di sepanjang alun-alun. Café Sjiek adalah pilihan saya pagi itu—tempat yang hangat dengan aroma kopi yang menggoda. Saya memesan roti segar dan secangkir kopi Belanda yang kuat, sambil mengamati kehidupan di sekitar Vrijthof. Para turis mulai berdatangan, beberapa warga lokal duduk menikmati pagi dengan koran dan secangkir espresso, sementara para mahasiswa berjalan tergesa-gesa menuju kampus Universitas Maastricht yang terletak tidak jauh dari sini.
Setelah selesai menikmati sarapan, saya menyempatkan diri untuk berkeliling alun-alun. Vrijthof memiliki sejarah panjang yang berkaitan dengan perkembangan Maastricht sejak zaman Romawi. Dahulu kala, tempat ini digunakan sebagai area militer dan juga menjadi pusat perayaan besar, terutama saat perayaan tahunan Maastricht Carnival yang terkenal dengan kostum warna-warni dan musik meriah.
Saya kemudian memasuki Sint Servaasbasiliek, gereja tertua di Belanda yang didedikasikan untuk Santo Servatius, seorang uskup yang dikuburkan di tempat ini pada abad ke-4. Interior gereja ini benar-benar mengagumkan—pilar-pilar tinggi, langit-langit berukir, dan relikui bersejarah yang menggambarkan perjalanan spiritual kota ini. Tepat di sebelahnya, berdiri Sint Janskerk, dengan menara merah khasnya yang mencolok. Saya naik ke atas menara ini dan menikmati panorama Vrijthof dari ketinggian.
Siang: Menyusuri Sungai Meuse dan Benteng St. Pieter
Setelah puas menjelajahi Vrijthof, saya melanjutkan perjalanan menuju Sungai Meusee yang membelah kota Maastricht. Sungai ini menjadi saksi bisu peradaban yang tumbuh sejak masa Romawi. Dari Jembatan Sint Servaas, saya melihat kapal-kapal kecil yang berlayar dengan tenang, dan beberapa pengunjung menikmati sore dengan berjalan santai di sepanjang tepi sungai.
Dari sini, saya berjalan ke Benteng St. Pieter, salah satu situs bersejarah yang menakjubkan. Benteng ini terletak di atas bukit kecil dan menawarkan pemandangan indah ke seluruh kota. Dibangun pada abad ke-18, benteng ini dulunya digunakan sebagai perlindungan dari serangan musuh. Saya menyusuri koridor-koridor tua di dalam benteng dan melihat berbagai ruangan yang pernah digunakan sebagai gudang persenjataan dan tempat perlindungan.
Di dekat benteng, terdapat Gua Maastricht, jaringan terowongan bawah tanah yang dulunya digunakan sebagai tempat perlindungan saat perang. Tur gua ini benar-benar menambah wawasan tentang bagaimana penduduk Maastricht bertahan dari ancaman di masa lalu. Oh ya, butuh waktu ekstra kalau mau menjelajah gua ini ya.
Sore: Berbelanja di Stokstraat dan Mencicipi Kuliner Lokal
Menjelang sore, saya berjalan ke Stokstraat, salah satu jalan perbelanjaan tertua di kota ini. Di sini, berbagai butik mewah dan toko lokal berjejer, menawarkan perhiasan, pakaian, hingga barang antik. Saya sempat mampir ke sebuah Toko buku klasik, yang memiliki koleksi karya sastra Eropa yang mengesankan.
Lelah berjalan, saya kemudian mencari makanan khas Maastricht. Saya memutuskan untuk mencoba Vlaai, kue khas Limburg yang memiliki berbagai pilihan rasa—dari buah-buahan hingga cokelat. Vlaai yang saya pilih adalah Vlaai dengan isian aprikot, yang memiliki tekstur lembut dan rasa manis yang pas.
Malam: Maastricht dalam Cahaya Senja
Saat matahari mulai tenggelam, saya kembali ke Vrijthof untuk menikmati suasana malam kota. Lampu-lampu restoran dan kafe mulai menyala, memberikan suasana yang hangat dan romantis. Saya duduk di salah satu bangku taman dan melihat kehidupan kota yang bergerak perlahan.
Setelah berjalan seharian, Maastricht memberikan kesan yang mendalam bagi saya—sebuah kota yang memadukan sejarah, keindahan, dan kehidupan modern dengan harmoni yang sempurna.
Post a Comment