Walau Mahasiswa - Aku Bisa Keliling Dunia
|  | 
| Sendirian ke Venesia - Italia | 
Tukang jalan! Begitu julukan yang sering diucapkan ibuku kepadaku. Ada
 benarnya memang, karena dari seluruh anggota keluarga besar kami, 
akulah yang paling banyak jalan-jalan. Tidak hanya di Aceh atau di 
Indonesia, negara-negara di Eropa juga banyak yang telah kukunjungi.  
Sebagian karena urusan pekerjaan atau pendidikan, tetapi kebanyakan 
adalah karena hobiku; traveling
Kembali
 ke masa kecil, saat ibuku menampi beras atau dalam bahasa aceh disebut 
"tampoe breuh", Aku sering duduk di depannya. Ibuku sering 
mengingatkanku agar menjauh, tidak duduk tepat di depannya. Namun, aku 
malah sengaja setor muka disana. Jelas "dhöo breuh" berterbangan ke muka
 dan rambutku dan karena alasan itulah aku diusir. Untuk mengusir, ibuku
 sering bilang "meunyo ta duek di keu ureung tampoe breuh, nyan jioh 
intat linto." Maksudnya, kalau suka duduk di depan orang tampi beras, 
nanti kalau sudah besar dapat jodohnya jauh. Mendengar kata-kata jauh 
seperti itu, aku bukan pergi, malah betah duduk disitu, sambil  
menjawab, "hayeu lah jioh, jeut ek moto manyang" (enaklah kalau jauh, 
bisa naik mobil bus).
|  | 
| Bus adalah transportasi yang paling murah dan menyenangkan untuk keliling Eropa | 
Memang,
 waktu kecil salah satu hal yang paling kusukai adalah naik bus. Bahkan 
kalau mau ke Banda Aceh saja, aku merengek minta naik bus. Padahal jarak
  kampungku ke Kuta Raja hanya 40 km alias sejam perjalanan dan  
transportasi yang tersedia adalah labi-labi.  Tapi sering aku minta naik
 bus. Sampai ke ke kota ini pun, aku tidak menuntut untuk dibeli ini 
itu, cukup hanya melihat "kapai meuret" yang ada di Blang Padang dan 
kadang kadang minta makan cindoi. Kalau ortu lagi ada uang, aku minta 
dibeliin bakso.
Dan
 kini tersadar,  aku sebenarnya memang senang jalan-jalan. Dari kecil 
aku senang dengan yang namanya bandara, mobil, kapal laut, kereta api, 
dan pesawat. Tidak seperti teman-teman sebayaku saat itu yang lebih suka
 main pistol-pistolan, aku lebih senang dengan mainan alat-alat 
transportasi tersebut. Walau tidak semua mainan itu bisa kumiliki, 
paling pinjam main punya anak tetangga yang kebetulan lebih beruntung 
secara ekonomi dari pada orang tuaku saat itu (baca tulisanku yang lain; juara lomba suami setia).
 Dan setelah kuperhatikan sekarang, walau hanya berapa kawanku kecilku 
yang menjadi polisi atau militer, tapi hampir semua mereka pernah ikuit 
tes polisi. Sesuatu yang tak pernah kulakukan, bahkan terlintas dalam 
pikiran pun tidak.
|  | 
| Naik Tram adalah cara yang paling mudah untuk melihat-lihat kota di Eropa | 
"Panyang
 gateh" adalah istilah lain yang juga sering diucapkan ibu kepadaku. 
Dalam Bahasa Aceh kata ini bermakna konotasi "suka jalan atau sering 
jalan jauh", dan itu kini sudah terbukti. Masa kuliahku lebih banyak 
kuhabiskan untuk ikut baksos dibandingkan belajar di kampus. Aku hanya 
ambil mata kuliah kalau ada kawan dekat (umumnya cewek) yang mau 
memberikan catatanya untuk kufotokopi saat dekat ujian final semester. 
Aku juga tidak suka organisasi yang lebih banyak ngomong dan ngomong. 
Aku tidak berbakat jadi organizer, sehingga sering saat ada kegiatan 
atau bakti sosial mahasiswa (baksos), jabatanku hanya itu itu saja - tukang sunat. 
Sedang untuk urusan rapat, aku hanya hadir jika dipaksa.
|  | 
| Pantai Tebing, Aceh Besar. | 
Jika
 kebanyakan orang senang dengan masa SMA karena buat mereka adalah masa 
penuh kisah kasih cinta, persis seperti lagunya Obbie Mesakh, maka 
bagiku masa kuliah adalah salah satu bagian yang paling bahagia dalam 
hidupku, karena aku bisa keliling Aceh secara gratis, dengan dalih 
melakukan bakti sosial tentunya.
Entah
 berapa banyak baksos yang pernah kuikuti. Tak pernah kuhitung. Tapi di 
antara memang masih sangat kuingat hingga kini. Ada baksos angkatan di 
fakultas dimana aku belajar saat itu, baksos anak BSPD, dengan anak PEMA
 Unsyiah, hingga dengan anak BEM IAIN Ar-Raniry. Saat tsunami pun aku 
bisa selamat karena sedang ikut baksos dengan anak PMI Unsyiah ke Pulau 
Aceh. Jika tidak, mungkin tulisan ini tak akan pernah ada.
|  | 
| Siapa gak ngaku pemandangan ini indah? ini di Aceh lho! | 
Baksos
 pertama yang kuikuti tentu baksosnya anak fakultas. Di sini aku tidak 
punya peran apa-apa selain sebagai penonton. Baru pada tahun 
selanjutnya, di saat aku punya junior dan aku menjadi senior, aku 
merupakan bagian dari tim yang pertama ditugaskan untuk persiapan baksos
 di Simeulu, tahun 2003.
Di
 baksos pertamaku ini, aku mulai mendapat kepercayaan menjadi PJ 
sunatan, kerjanya cuma itu-itu saja, memastikan semua peralatan untuk 
sunatan tersedia, obatan-obatan, mencari anak-anak yang akan disunat, 
mengontak dan mengatur jadwal operator sunat dan asistennya, memastikan 
alat yang di pakai steril, dan sebagainya. Karena tugasku hanya itu-itu 
saja, aku sudah hafal benar berapa jumlah alat, operator, asisten, 
obat-obatan yang dibutuhkah hanya dari jumlah anak yang akan disunat dan
 waktu yang diberikan. Sejak saat itu entah berapa ratus "burung" yang 
sudah pernah kusunat, tak pernah kuingat.
|  | 
| Sendirian keliling Eropa itu enak juga lho. | 
Setelah
 itu aku ikut baksos ke Aceh Singkil, masuk ke pedalaman Danau Bunggara 
dengan anak-anak BSPD. Tugasku kini mencakup mengobatan massal, selain 
sunat tentunya. Di sini banyak sekali pengalaman menarik yang ingin 
kuceritakan, termasuk ketika memasak nasi tiga generasi, berebut sinyal 
handphone di bukit sinyal, hingga kisah tenggelamnya kapal van der 
wick....eh, tenggelamnya sampan kecil milik warga disitu. :D
Baksos
 selanjutnya yang masuk catatanku adalah baksosnya anak IAIN di Bener 
Meriah dan juga baksos BEM Unsyiah ke Terangon. Banyak kisah menarik 
yang wajib kutulis dari kedua baksos ini. Termasuk ketika aku dikerjain 
habis habisan di hari ulang tahunku saat sedang di Blang Kejeran. Jujur 
aku bukan orang yang ingat dengan hari ulang tahun, karena hingga 
sekarang, aku belum pernah perayakan ultah seperti yang orang-orang lain
 lakukan. Tapi karena di hari ultah ini aku dikerjainm, aku jadi ingat 
tanggal hari ulang tahunku.
|  | 
| Banyak yang bisa dilihat di Milan - Italia | 
Lulus
 kuliah, aku beruntung bisa mencicipi pengalaman bekerja di WHO. Awalnya
 aku kira pekerjaanku tak lebih dari "paperwork" di kantor, karena 
memang jenis pekerjaan yang dilakukan kantor atau organisasi tersebut 
adalah seperti itu. Tapi aku salah. Aku justru ditugasi untuk keliling 
Aceh, memberikan training, mengecek pengiriman barang, dan sebagainya. 
Daerah-daerah yang pernah kujelajahi selama kuliah kini kembali kukunjungi 
saat aku bekerja.
Kini,
 aku sedang menuntut ilmu di benua biru, dan rupanya studiku juga tidak 
jauh dari kegiatan jalan dan  jalan. Semoga saja aku bisa menulis kisah -
 kisah tersebut suatu saat nanti.
Kini, aku ingin menikmati perjalanan pertamaku ke benua Amerika
Situnis
Penerbangan KLM dari Amsterdam ke Vancouver, September 2012.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Bawa lah saya keliling jg ✈🚜🚄🚃
ReplyDeleteYuk mari :)📻📻🗾⛺🚄🚅
Deletekereeeeen, dari anak kuliahan yg hobi jadi "panitia acara kampus" sekarang bisa kerja & jalan-jalan ke eropa. salut bang!
ReplyDeleteDan jadi panitia acara kampus itu adalah modus untuk bisa jalan2 gratis :)
DeleteSaya juga mau banget dengan bangga sama tepuk dada bilang "Walau mahasiswa aku bisa keliling dunia"
ReplyDeleteAsyik bener~~~~~
Salam kenal ya mas hehe
Iya, Alhamdulillah, salam kenal juga :)
Delete