Header Ads

Karena Aceh Untuk Dicintai

Mesjid Indrapuri
Mesjid Indrapuri
Kadang terasa aneh dan malu ketika bertemu dengan orang yang mencintai naggroe melebihi aneuk nanggroe itu sendiri. Mereka bukan  orang Aceh,  tidak berdarah Aceh, tidak lahir di Aceh bahkan banyak yang tinggal diluar Aceh. Tapi kecintaan mereka terhadap Aceh seperti tak pernah bisa dijelaskan. Jika kami yang lahir, merangkak dan besar di nanggroe jadi ingin selalu di kampung itu sangat wajar, karena kesan pertama dari hidup kami ada di tanah ini. Sedangkan mereka? Entahlah, hanya mereka sendiri yang bisa menjelaskannya.Cinta untuk nanggroe ini memang unik,  tidak selalu seperti apa yang sering disebut dalam puisi, yang katanya cinta sering berawal dari mata lalu turun ke hati. 

Aceh

Cinta ini hanya mereka saja yang bisa memahami.  Ada dari mereka yang hanya secara kebetulan di tugaskan atau mendapat kerja di nanggroe ini. Ada yang awalnya takut mengingat konflik senjata seperti tidak pernah mau beranjak dari bumi ini. Tapi karena perintah kerja tidak boleh dilanggar, atau lebih kasarnya demi sesuap nasi, mereka pun hijrah dan bekerja disini. Seiring dengan waktu, ia jadi lebih tahu dengan orang2 di nanggroe ini, sering tidak sama dengan apa yang ia dengar atau ia tahu sebelumnya. Walau banyak juga yang persis apa yang ia dengar sebelumnya tentang orang Aceh, malasnya misalnya :).

Foto Warga Aceh Sebelum Merdeka. Sumber wiki common

Ada juga yang datang sebagai relawan saat gempa dan Tsunami melanda Nanggroe, ketemu dengan gadis Aceh, menikah, punya anak dan bekerja disini. Ada juga yang datang hanya untuk mengantar bantuan setelah Tsunami, saat penyerahan bantuan ke kepala kelompok pengungsi, hatinya tertambat dengan cowok aceh yang menerima bantuan tadi, setelah berkenalan, mereka berakhir dipelaminan, punya anak, dan hingga kini masih setia di rumah bantuan Tsunami. Itulah Aceh, kadang yang dicintai adalah Gadisnya, Pemudanya, keindahan alamnya, dan akhir-akhir ini banyak juga yang jatuh cinta dengan batu alamnya.



Teringat sebuah semboyan pada zaman perang Aceh- Belanda dulu, "Belanda bisa membunuh seluruh rakyat Aceh, tapi mereka tidak akan pernah bisa menaklukkan Aceh". Semboyan ini juga cocok disematkan untuk para outsider tadi. "Mereka tidak harus lahir dari rahim orang Aceh, tidak harus berdarah Aceh, tidak harus bisa bahasa Aceh, tidak harus tinggal di Aceh, bahkan tidak pernah mengunjungi Aceh, tapi mereka tetap mencintai Nanggroe dengan cara cara mereka sendiri, karena memang naggroe ini ada untuk dicintai"

Dan tulisan ini didedikasikan untuk mereka yang terus menerus mencintai Aceh!

No comments

Powered by Blogger.