Header Ads

City Tour Dengan Pasien Rumah Sakit Jiwa

pasien dan perawat jiwa sedang berpose di pantai lampuuk

Terbayangkan tidak jika harus jalan jalan keliling kota dengan orang yang sedang dirawat di Rumah sakit jiwa? Bagaimana perasaanya? Takut, cemas, malu, langsung menolak begitu tawaran seperti ini datang? Atau malah senang karena punya kesempatan yang jarang2 ada seperti ini? Meski saya cukup banyak menghabiskan waktu di Rumah Sakit Jiwa, kesempatan untuk bisa 'bersantai' dengan mereka sangat jarang saya punya. Jadi ketika beberapa hari lalu ada kepala ruang yang mengajak saya ikut city tour dengan pasien, langsung saja saya angguk tampa pikir panjang, "pajan sit lom?", begitu pikir saya. "Kalau ikut, besok jam 9 kita berangkat dari sini pak", pesan si kawan sebelum saya beranjak pulang.


Esoknya, dengan celana training, baju kaus, sandal jepit dan kamera, saya berangkat. Jam 8.30 saya sudah tiba di RSJ, kawan-perawat yang melihat saya dengan setelan tidak biasa langsung berujar, "ini beach tour namanya, bukan city tour", disertai tawa kawan lain yang duduk di dekatnya. Saya pun bergabung dengan mereka.

Waktu pagi setelah makan dan minum obat, pasien biasanya dikeluarkan dari ruangan, ada yang senam, main bola, dan yang rambutnya sudah panjang akan di pangkas oleh perawat. Saya duduk di dekat mereka senam sambil diskusi rencana perjalanan dengan kepala ruangan yang mengajak saya kemarin. "Nanti kita ke museum Tsunami dulu pak, trus ke mesjid raya, habis kita makan di lampuuk dan pulang", saya hanya mengangguk dengan penjelasannya tersebut. Nanti juga ada wartawan METRO TV yang meliput, tapu paling mereka sampai ke mesjid saja, sambungnya lagi.
sebelum berangkat, senam dulu


Tidak lama kemudian memang datang dua wartawan yang merekam kegiatan pasien dan mewawancara kawan perawat disana. "Bagus lah kalau kegiatan seperti ini di ekspos, jadinya orang tidak takut lagi ke RSJ atau kalau ketemu pasien di jalan" komen saya.

Setelah senam selesai, pasien yang akan dibawa di absen dan masuk kedalam mobil, hari itu ada sekitar 16 pasien yang dibawa, sedangkan yang lain sudah pernah, ke tempat yang berbeda beda. Peralatan main seperti bola, bola takraw dan makanan juga dimuat kedalam mobil, dan selanjutnya kami berangkat.

Pemberhentian pertama adalah museum tsunami. Tiba disana pasien kami lepas begitu saja, tapi ada juga pengunjung museum yang takut mendekat, mungkin setelah tahu mereka adalah pasien dari rumah sakit jiwa, stigma itu memang masih sangat tinggi, entah apa yang ditakutkan dari mereka. Yang menarik justru ada bule dari Jerman yang mendekat dan mengajak ngobrol pasien. Dasar pasien, yang bisa ngomong bahasa Inggris langsung cas cus dengan si bule, dan yang tak kalah penting tentu minta ber selfie dengan bu bulek, pakai kamera si bule tentunya :).

Tiba di pantai, selfie!

Di meseum, pasien hanya putar-putar di sekitaran halaman museum, selanjutnya mereka dibawa ke Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Disini kehadiran mereka juga menjadi objek penglihatan para pengunjung mesjid, karena terbatas, pasien hanya bersantai disekitaran mesjid dan selanjutnya di bawa ke Pantai Lampuuk.

Tiba di pantai, baik perawat maupun pasien sudah kehausan, jadi kegiatan pertama adalah makan makan, snack dan buah buahan cukup untuk mengisi perut yang keroncongan. Usai makan makanan pengganjal perut, ada pasien yang sudah tak sabar untuk main bola, dibantu perawat, merekapun mendirikan gawan dan bermain bola cakraw. Sementara pasien lain duduk duduk santai saja di jambo yang banyak di tepi pantai Lampuuk.

Saat nasi tiba, semua pasien kembali berkumpul dan mengambil makanan secara teratur, usai makan, kami masih sempat berehat sebentar, dan kemudian kembali pulang ke RSJ.


Kegiatan city tour ini merukan bagian dari terapi yang diberikan oleh rumah sakit jiwa untuk membantu proses penyembukan pasien. Mengingat sangat banyak dari pasien tersebut tidak pernah dijenguk oleh keluarga. Jadi dengan dibuat city tour ini, pasien merasa senang, nyaman dan rileks, karena memang sehari-hari mereka hanya bisa menghabiskan sebagian besar waktu mereka dalam ruang perawatan. Kegiatan seperti ini juga diharapkan untuk dapat menyadarkan masyarakat agar tidak mengejek, menghina apalagi memusuhi mereka yang mengalami gangguan jiwa. Toh antara mereka dengan kita adalah sama sama manusia yang butuh penghargaan, bedanya mereka saat ini sedang sakit, sedangkan kita belum?. Semoga lekas sembuh ya fren!

No comments

Powered by Blogger.