Header Ads

Kesan Pertama Berkunjung Ke Blang Pidie - Abdya


Setelah menempuh perjalan darat sekitar 7 jam dari Banda Aceh, kami sekeluarga akhirnya tiba di Blang Pidie, Abdya. Kami pindah kesini karena memang istri saya ditempatkan di kabupaten yang baru mekar beberapa tahun lalu dari kabupaten Aceh Selatan.  Sepanjang jalan, selain menikmati indahnya permandangan pegunungan, persawahan dan pantai, kami juga menemukan pasar pasar tradisional yang belum tersentuh supermarket modern, dan juga kumpulan orang orang yang sedang memburu giok Aceh
Nah, setelah dapat pinjaman sepeda motor dari kawan istri, saya pun keliling kota sendirian untuk melihat langsung sekilas kota ini. Dan inilah hasil pengamatan saya. Kesan ini sengaja saya susun secara acak, karena berdasarkan apa yang saya lihat, belum sempat investigasi mendalam.
  1. Pakai sepeda motor cukup satu helm. Segera setelah dipinjamin sepeda motor, saya sempat nanya, apa di Blang Pidie wajib pakai helm? Dengan santai ia menjawab "pakai sebiji aja didepan boleh bang". Setelah jalan-jalan disekitaran kota, saya justru menemukan banyak orang yang tak pakai helm sama sekali dibandingkan pakai helm sebiji saja.
  2. Jarak dari pusat kota ke RSU sekitar 10 menit.  Dari tempat kami menginap sementara, saya langsung menuju ke arah Meulaboh, karena Rumah sakit dimana istri saya ditempatkan disini letaknya. Dari kota ke RSU jaraknya adalah sekitar 10 menit pakai sepeda motor dengan kecepatan 50-60 KM/Jam.
  3. RSU Teungku Peukan. Rumah sakit Umum yang baru dibuat dengan bantuan Korea Selatan ini diberi nama RS Teungku Peukan. Nah ada yang kenal teungku peukan? Beliau adalah seorang ulama yang juga menjadi pemimpin rakyat setempat daat melawan penjajah Belanda.  Sayang Belum banyak yang mengenal kepahlawanan teungku peukan ini dalam melawan penjajah.
  4. RSU Teungku Peukan ini letaknya di kawasan susoh. Ada yang tau arti susoh? Kalau ada yang tau silakan tinggalin komen :)
  5. Lampu merah belum punya makna di kota ini. Di jalanan sekitar kota Blang Pidie, Lampu lalulintas memang sudah terpasang, lengkap dengan peringatan "dilarang menerobos lampu merah", tetapi mungkin karena memang jalanan relatif sepi, banyak pemakai jalan yang mengindahkan makna dari lampu dan tulisan ini. Eh atau jangan-jangan mereka buta huruf? I dont think so!
  6. Labi Labi masih eksis. Jika di Banda Aceh jumlah labi labi bisa dihitung dengan jari, labi labi di sekitaran Blang Pidie masih cukup banyak dan masih menjadi primadona masyarakat. Hebatnya lagi, labi labi kuno berkepala daihatsu hijet yang di Banda Aceh sudah punah sejak 15 tahun lalu, disini masih dengan mudah kita temukan. Wah, kapan kapan mau coba lah labi labi antik ini.
  7. Warnet masih banyak. Begitu masuk hotel, saya senang karena dapat wifi dari hotel, sayangnya internetnya sama sekali tidak konek, alias tidak bisa pakai. Walau demikian, saya masih dengan mudah menemukan warnet di dalam kota Blang Pidie, sesuatu yang sudah jadi barang langka di Banda Aceh. Mengenai warnet ini, saya belum sempat coba pakai seberapa kencang dan berapa harganya sejam. Nanti saja kali ya.
  8. Warganya bicara bahasa Aceh. Sebelumnya saya berfikir kalau semua warga disini bicara bahasa aneuk jamee alias bahasa padang, karena memang mereka asalnya adalah dari padang yang sudah bermigrasi sejak zaman kesultanan. Tapi ternyata hanya didaerah tertentu saja yang bicara bahasa aneuk jamee, sisanya adalah bahasa aceh seperti saya. Menurut info tetangga, hanya mereka yang tinggal di kawasan susoh yang bicara bahasa aneuk jame, sedangkan di tempat kami nge-kos di kawasan dekat kota, penduduk umumnya bicara bahasa Aceh.
  9. Mie Kocok yang terkenal. Jika di Banda Aceh, kopi dan mie (Aceh) menjadi santapan wajib, minimal seminggu dua kali, maka yang di blang pidie yang terkenal adalah mie kocoknya. Di kawasan kota saja ada beberapa warung yang menjual mie kocok. Hebatnya lagi, selain mie nya enak, harganya juga sangat miring.
  10. Korek disebut "cantek". Saat menginap di hotel, saya sempat kaget ketika seorang pegawai hotel cowok kesusahan karena kelihangan cantek-nya. "cantek saya hilang, ada yang ambil tidak?" begitu tanyanya dengan kawannya. "makanya cantek-mu jangan kau taruh sembarangan", balas kawan kerjanya lagi. Setelah dicari cari, cantek-nya akhirnya ketemu. Dan cantek itu adalah korek api. 
Sudah dulu ya, kalau setuju atau ada yang perlu ditambah, silakan tinggalin pesannya di kolom komen dibawah :)

2 comments:

Powered by Blogger.