Header Ads

Pengalaman Terbang dengan Maskapai Terbaik Dunia: Qatar Airlines


Kuala Lumpur - Doha (Airbus A340 600)

Ketika memesan tiket pesawat dari Kuala Lumpur ke Berlin, saya belum tahu kalau tahun 2015 maskapai terbaik dunia sudah berpindah tangan ke Qatar Airlines. Awalnya gelar prestisius di dunia penerbangan ini masih di pegang oleh Singapore Airlines, atau maskapai lain. Saya hanya mencari tiket sekali jalan yang paling murah yang ada saat itu. Maklum saya harus balik mendadak sedangkat tiket yang sudah saya pesan jauh hari harus hangus. Untuk mencari tiket ini, saya mengandalkan searchi engine seperti skyscanner atau momondo. (Baca: Webesite untuk mencari tiket pesawat murah).

Setelah beberapa kali cari, akhirnya muncul juga tiket yang lumayan terjangkau mengingat waktu penerbangan yang sudah sangat dekat. Tiket tersebut tidak dijual oleh maskapainya, melainkan oleh pihak ketiga, sebuah travel agensi yang berbasis di Jerman. Harus jujur, inilah kali pertama saya beli tiket pesawat dari agen pesawat, selama ini saya selalu membeli langsung di website maskapainya, karena memang harganya jauh lebih murah, atau setidaknya sama. Sedangkan kali ini justru di hari dan penerbangan yang sama, tiket di maskapai lebih mahal hingga 100 euro lebih dibandingkan di agensi, jadi setelah baca-baca kalau agensi ini aman, saya langsung memesan secara online, dan bayar juga secara online pakai internet bangking.
Boarding Passes
Semalam sebelum terbang, saya sudah mencoba untuk manage booking. Saya coba pilih kursi dan pesan makanan khusus, tapi yang berhasil hanya memilih kursi, sedangkan makanan khusus yang saya pesan, meski ada dalam list pilihan, tidak berhasil di konfirmasi, jadinya saya tidak melanjutkan lagi dengan online check in.

Di hari H, saya sudah tiba di bandara sekitar tiga jam sebelum take off. Antrian tidak terlalu panjang, hanya beberapa orang saja di depan saya. Setelah sekitar 10 menit menunggu, giliran saya tiba. Saya hanya menyerahkan paspor, tanpa kode booking, atau bawa-bawa print out. Bukti booking juga hanya dalam bentuk pdf di smartphone yang dikirim ke email oleh agensi setelah pembayaran booking berhasil, ini pun untuk jaga-jaga, jika "search by name" tidak ditemukan oleh si mbak-mbak yang membantu check in. Rupanya, dengan nama saja, mereka bisa melacak booking saya dan selanjutnya di proses hingga boarding pass saya keluar. Kali ini saya dapat 3 boarding pass sekaligus, KL - Doha, Doha - Munich, dan Munich -Berlin. Jika dua flight pertama di operasikan langsung oleh QR (Qatar Airways), maka penerbangan dari munich ke Berlin dioperasikan oleh AB (Air Berlin). Dua maskapai ini sudah lama tergabung dalam aliansi oneword, jadi code share begini sudah biasa terjadi.


Karena sudah memilih kursi sendiri, saya bisa dapat kursi yang letaknya di depan sayap. Seperti pembaca tau, posisi duduk di depan sayap jauh lebih nyaman dibandingkan di belakang pesawat, atau tepatnya di belakang mesin. Ini terjadi karena kebisingan dari mesin jet lebih kurang kalau di depannya, jadi sangat beralasan kenapa semua kelas bisnis pesawat posisi kursinya selalu didepan, bukan di belakang. Begitu juga saat landing, getaran kalau duduk di bagian belakang lebih terasa dibandingkan duduk di depan. Dan ketika masuk kedalam, saya tersadar kalau baru kali ini saya terbang pakai Airbus A340 600, biasanya hampir selalu pakai Boeing 777 200 atau 300, atau airbus A330. Konfigurasi pesawat ini juga menarik, kursi di bisnisnya 2-4 2. bukan 3-3-3. 

AVOD pesawat ini terasa sudah agak kuno, tidak touch screen dan relative lebih kecil. Jadinya saya lebih memilih untuk tidur dibandingkan nonton. Makanan yang disediakan juga standar, maksudnya sama lah dengan maskapai-maskapain yang rangkinya dibawah Qatar. Cuma bedanya, makanan dalam pesawat ini dijamin halal, jadi tak masalah buat kita yang muslim. Asal didalamnya tidak minta beer, angggur dan sebagainya. Tiba di Doha setelah hampir 7 jam perjalanan, saya hanya menghabiskan waktu untuk jalan2 di area Airport tax free, tanpa membeli apapun. Karena meskipun katanya free tax, tetap saja lebih mahal dibandingkan barang di kampung saya yang sudah dikenakan pajak.

AVOD Qatar Airways
Doha - Berlin (Boeing 787 Dreamliner)

Sekitar tiga jam menunggu, kami boarding lagi ke pasawat lain. Kali ini dapat pesawat 787 drealiner. Dan karena kami dibawa dari terminal ke pesawat pakai bus, serta naik ke dalam pesawat pakai tangga, bukan melalui belalai gajah, bisa saya pastikan kalau pesawat ini masih sangat baru. Cuma karena masih malam, saya tidak sempat untuk memotret dari luar. Tiba di bagian dalam, terasa sekali kalau pesawat ini masih jreng. Dan setelah baca informasi tentang pesawat di majalan maskapai, saya jadi tahu kalau qatar baru punya empat pesawat jenis ini, semuanya baru dipesan dan bisa dipastikan masih baru.

AVOD 787 dreamliner milik qatar ini jauh lebih baru, lebih besar, lebih terang dan tentunya pakai touch screen. Penasaran dengan kualitasnya, saya coba langsung nonton, dan qualitasnya memang sesuai dengan tampilan. Satu-satunya kekurangan mungkin filemnya tidak se up to date maskapai emirates. Tapi tak apa lah, filem-filem lama yang pernah saya tonton, bisa saya tonton sekali lagi disini.

Video Doha Airport
Karena terbangnya malam, kami diberikan snack dulu, baru sekitar 4 jam setelah terbang, kami diberikan makanan utama, breakfast, karena memang waktunya sudah pagi. Karena sudah bosan makan ayam, saya pilih makanan vegetarian, sedangkan satu opsi lagi ada beef nya. Ternyata, makanan versi vegetarian ini sangat enak, pedas dan cukup banyak untuk ukuran perut saya yang memang bisa melebar seperti karet kalau sudah saatnya makan. Saya ingin tanya apa nama masakannya, tapi keburu sibuk nonton.

Yang membuat penerbangan pakai qatar ini berbeda ada kita juga diberikan satu paket peralatan tidur, yang terdiri dari masker tidur (penutup mata), kaus kaki, serta odol dan sikat gigi. Semuanya dimasukkan dalam dompet kecil. Kalau selimut dan bantal sudah menjadi standar, yang juga diberikan oleh maskapai lain kan?

Oh ya, karena pesannya sudah telat, kali ini saya tidak dapat kursi di bagian depan pesawat, tapi di belakang, dekat dengan toilet. Tapi jujur saja, getaran waktu take off tidak seperti pesawat lain, ini lebih senyap, begitu juga suara mesin yang jauh lebih senyap, sangat beralasan karena memang dreamliner ini kan masuk dalam jajaran pesawat barunya boeing. Waktu landing pun lebih santai, meski ada sedikit hentakan.

Meal Qatar Airways
Nah, tiba di Munich, pilot mengumumkan kalau suhunya hanya 10 derajat, saya yang berkaas bola, celana training dan sandal jepit langsung merasa kedinginan ketika keluar pesawat. Baru setelah masuk ke ruang tunggu, suhunya kembali terasa  normal, karena memang suhu ruangan sudah di klimatisiert. Meski begitu, kaus kaki yang diberikan dalam pesawat tadi, tetap saya pakai hingga didalam bandara, meski hanya bersandal jepit. Jadinya pakaian saya ini sering dilirik orang Jerman lain, yang memang sudah berpakaian rapi, pakai sepatu, jas dan sebagianya, maklum, mereka kan sedang kerja, sedang saya baru pulang liburan.

Munich - Berlin (Air Berlin - Airbus A320)

Setelah kontrol imigrasi di Terminal 1 bandara Munich, saya langsung ke terminal 1 keberangkatan lagi, karena harus ganti pesawat ke Berlin. Saya lihat jam, katanya waktunya hanya berselan 1,5 jam sejak tiba hingga take off, tapi setelah lihat papan pengumuman, pesawat ke TXL (Tegel -Berlin) delayed selama 30 menit, jadinya waktu menunggu ini saya gunakan untuk nge cas laptop saya yang sudah tinggal 4% baterainya, dan tentunya untuk menulis pengalaman ini.

Sekitar 30 menit menunggu, akhirnya panggilan untuk boarding kedalam pesawat diteriakkan. Saya memilih untuk duduk santai, menunggu penumpang lain untuk naik duluan, toh pesawat tidak akan berangkat kalau penumpang yang sudah check in belum masuk kedalam, pasti bakal di panggil dulu lewat pengeras suara.

Boarding to the Plane
Baru saat hampir semua penumpang masuk kedalam badan pesawat, saya  pun berdiri dan langsung melangkah kedalam "belalai gajah" karena memang antriannya sudah habis. Didalam saya dapati pesawatnya hampir 90% terisi, hanya beberapa saja yang kosong. Saya langsung ke kursi, dan duduk, sambil membaca majalan Air Berlin yang ada disetiap bangku.

Penumpang disamping saya juga sibuk dengan headsite dan koran ditangan. Tak ada AVOD dalam pesawat ini, meski penerbangan ini bukan penerbangan LCC (low coct carrier - penerbangan berbiaya murah). Dan dengan statusnya yang bukan LCC tersebut, kami hanya diberikan snack dan minum ala kadar, maklum penerbangannya hanya 1 jam 10 menit.

Tiba di Bandara Tegel (TXL) Berlin, saya langsung mengambil tas dan naik ke bus TXL yang menuju ke pusat kota Berlin (melewati Berlin Hbf dan berakhir di Alexanderplatz). Dari Alexa, saya ganti dengan UBahn menuju rumah saya di kawasan Kreuzberg.

Baca juga, pengalaman saya terbang dengan maskapainya raja Arab; Pengalaman Terbang dengan Saudia Airlines.

Sekian dulu, jangan lupa ninggalin komentar ya!

2 comments:

  1. jika penerbangan codeshare, apakah kita perlu ngambil bagasi kembali dan melewati proses imigrasi saat di munich? atau bagasi udah dikirim ke berlin. terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau codeschare seharusnya bisa di bandara tujuan terakhir. tapi pastikan dulu waktu check in di bandara keberangkatan dimana ambil bagasinya. di boarding pass ada ditulis kok. kapan ke Berlin? :)

      Delete

Powered by Blogger.