Header Ads

Satu Keluarga, Dua Paspor Berbeda


Setelah bebas dari pemeriksaan petugas imigrasi, (baca: pengalaman saya tertahan diImigrasi) saya hanya sempat beristirahat sebentar di ruang tunggu, karena beberapa saat kemudian panggilan untuk boarding kedalam pesawat segera di umumkan. Saya memilih untuk duduk, menunggu hape tua saya penuh di cas, dan setelah semua penumpang masuk kedalam, tinggal saya sendiri di ruangan, baru kemudian saya berdiri, berjalan menuju belalai gajah yang mengarah ke pintu pesawat terbang. Saya yakin bahwa saya gak perlu terburu-buru masuk kedalam pesawat, tidak harus berdesak-desakan seperti cerita saudara-sauara kita TKW yang kerja di Arab sana (Baca: Ketika TKW berebutan masuk pesawat). Saya yakin kalau saya sudah di ruang tunggu, mereka tetap akan menunggu hingga saya masuk kedalam pesawat. Toh  ruang tunggu ini hanya untuk pesawat yang akan saya naiki, tidak ada penerbangan lain dari ruang tunggu ini.


Tiba dalam pesawat, saya berjalan mencari nomor kursi seperti yang tertera di bording pass. Setelah dapat, sayapun duduk, kebetulan kali ini dekat jendela, sedangkan di samping saya seorang ibu dan seorang anaknya. Dibelakangnya adalah suaminya dengan dua anaknya yang lain. Setelah mendengra mereka bicara, saya bisa menebak kalau mereka ini adalah orang sigli, waktu suami istri ini bicara, bahasa aceh versi siglinya sangat khas. Lain ceritanya ketika mereka bicara sama anak-anaknya, yang langsung berubah ke bahasa melayu. Saya tebak anaknya lahir atau besar disana di rantau. Beberapa saat kemudian si istri yang duduk di deretan kursi saya meminta paspor mereka semua untuk dimasukkan dalam tasnya, juga dengan bahasa aceh versi sigli. Setelah paspo diberikan suami, saya lihat dia mengecek satu persatu lima buah pasport tersebut, dan disana saya lihat ada dua pasport hujau dan tiga pasport merah. Setelah saya lihat lebih jelas lagi, ternyata tiga paspor merah itu adalah punya anak-anak mereka. Saya pikir, hebat juga keluarga ini, satu keluarga dengan dua paspor berbeda. Mungkin karena anak-anak mereka lahir di malaysia, langsung diberikan paspor malaysia, sedangkan kedua orang tuanya masih memegang paspor hijau.

Dalam Pesawat Ryanair
Saya tidak berani bertanya lebih jauh, kenapa mereka memberikan paspor malaysia buat anak-anak mereka, toh itu adalah hak mereka untuk memilih warga negara mana yang mereka mau. Kalaupun nantinya anak-anaknya mau kembali menjawa WNI, di umur 18 mereka bisa pindah kan?


Tapi yang pasti, saya sangat yakin kalau kedua orang tua ini tahu, bahwa dengan memegang paspor malaysia, anak-anak mereka bisa mendapatkan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang sama seperti WN malaysia lain. Kalau mereka besar nanti dan mau jalan-jalan keliling dunia, punya paspor malaysia juga jauh lebih mudah dibandingkan pasport indonesia sekarang. Apa kelebihannya? Saya malas diskusi disini, ntar takut dibilang tidak cinta tanah air lagi. Tapi buat yang penasaran, ntar saat anda travelling ke Eropa atau ke negara-negara lain di dunia, anda akan tahu kenapa saya bilang pasport malaysia jauh lebih mudah dibandingkan pasport indonesia. Contiohnya satu saja, kalau WN malaysia mau ke Inggris, Jerman, Belanda mereka bisa melenggang bebas, gak butuh bisa, sedangkan WNI masih harus punya visa sebelum kesana, mana visanya mahal lagi. Itu saja.

1 comment:

Powered by Blogger.