Header Ads

Ketika Pasien Di Rumah Sakit Jiwa Bertani, Ini Hasilnya


Saatnya Panen

Pernah berfikir bahwa orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) tidak bisa dipercaya, tidak bisa bekerja atau tidak bisa mengambil keputusan? buang jauh jauh anggapan tersebut, karena sebenarnya kebanyakan dari pasien jiwa sama saja dengan kita. Mereka bisa bekerja, berdiskusi bahkan bisa mengambil keputusan. Hanya pada keadaan tertentu saja mereka punya masalah dengan proses pikir, alur pikir dan sebagainya, selebihnya mereka sama saja dengan kita.


Barusan, seorang kawan yang juga perawat di filial rumah sakit jiwa di Jantho, men tag-foto foto pasien jiwa yang sedang panen mentimun yang mereka tanam di sekitaran rumah sakit. Sebenarnya kegiatan ini bukan hal baru, karena saya sudah sering berkunjung ke sana, berdiskusi dengan mereka, dan saat pulang bisa membawa hasil panen secara gratis tentunya.


Dibawah bimbingan para perawat, pasien yang umumnya sudah sembuh tapi belum atau tidak mau di jemput oleh keluarga, diajarkan cara bercocok tanam. Kegiatan bercocok tanam ini bukan hanya bertujuan untuk menghasilkan panen semata, tapi juga bagian dari terapi keperawatan, baik terapi okupasi dan terapi lingkungan atau milieu therapy. Hasilnya bisa dilihat di foto foto berikut, bahwa mereka memang sebenarnya bisa berproduksi, tinggal kita, masyarakat atau pemerintah yang harus berfiikir positive terhadap mereka.


Menurut cerita di kawan, awalnya banyak sekali kendala yang mereka hadapi. Mulai tidak adanya modal sama sekali hingga kurangnya pengetahuan mereka tentang masalah bercocok tanam ini. Namun dengan modal Trial and error, mereka terus belajar dan akhirnya satu persatu tanaman yang mereka tanam bisa dipanen.

Kegiatan bercocok tanam ini biasanya dilakukan pagi dan sore hari, sedangkan saat siat hari, pasien biasanya beristrirahat. Pada saat sedang bercocok tanam, tidak semua pasien "kooperatif" atau mau bercocok tanam, ada juga yang bermalas- malasan karena memang biasanya (sebelum sakit) sangat jarang bekerja atau tidak biasa bekerja berat seperti ini. Sedang mereka yang aslinya adalah petani pasti sangat semangat dengan kegiatan ini.


Selain itu, ada juga pasien yang memang sudah lama sakit dan sangat bingung saat dilibatkan dalam kegiatan ini, malah ada yang sudah lupa bagaimana cara mencangkul atau bingung bagaimana harus mencangkul. Tapi karena melihat teman teman sesama pasien, akhinya ia juga tahu cara bercangkul. Inilah kelebihan dari terapi kelompok seperti ini, pasien yang satu bisa belajar dari pasien yang lain.
Packing dan siap dijual, coba tebak, mana perawat dan mana pasien?

Hasil panen mereka kini sudah dijual ke berbagai pasar tradisional di sekitaran Aceh Besar. Nah, bisa jadi kan timun di rujak, sawi, kacang panjang, terong dan sayuran yang anda makan hari ini adalah hasil jerih payah pasien jiwa? Terbukti mereka yang bekerja selalu lebih baik dibandingkan dengan mereka yang hanya menempelkan foto di pohon kan?
Hasil Panen


Nah, kalau memang mereka bisa seproduktif kita yang "normal" ini, apakah layak mereka untuk di diskriminasi? Saya sengaja memasukkan foto mereka langsung dalam tulisan ini. Pasti nanti ada yang protes karena bisa membuat mereka mengalami gangguan jiwa, tapi bukankah dengan tidak memposting foto mereka seperti foto orang lain adalah salah satu contoh dari stigma dan diskriminasi? toh mereka juga senang di foto.

Sekian

No comments

Powered by Blogger.